BAB
I
PENDAHULUAN
A.I Latar
Belakang
Adanya banyak membran intraseluler
yang menyekat sel menjadi sejumlah organel yang terpisah merupakan sifat utama
sel eukariot. Tiap organel mempunyai fungsi khusus yang diperlukan untuk
memelihara sel. Retikulum endoplasma yang halus dan kasar adalah struktur
membran yang bertindak sebagai tempat-tempat biosintesis protein nonsitoplasma
dan hormon tertentu. Kompleks golgi terdiri atas susunan membran yang licin dan
terlibat dalam pengolahan protein sekresi. Lisosom adalah struktur yang terkait
membran yang mengandung berbagai enzim hidrolitik yang penting bagi perombakan
bahan kompleks, antara lain pemusnahan mikroorganisme yang masuk kedalamnya. (volk
& wheeler edisi kelima)
Mitokondria,
struktur membran ganda membentuk adenosin trifosfat (ATP) suatu senyawa yang
didalmnya energi dapat disimpan dalam bentik ikatan fosfat membran yang disebut kloroplas, yang mengubah
energi cahaya menjadi ATP. Selain itu sel eukariot mempuyai silinder panjang
Yng kosong yang disebut mikrotubulus, yang berfungsi dalam menentukan bentuk
sel. Emua organel ini dikelilingi oleh mebran plasma sel, yang bertindak untuk
mewadahi organel intraseluler dalam el eukariot. (volk & wheeler edisi
kelima).
B.I Rumusan Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan sel eukariotik?
b. Apa
saja yang termasuk kedalam sel eukariotik?
c. Apa
saja kerugian dan keuntungannya dalam bidang peternakan?
C.I Tujuan
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui
pengertian sel eikariotik
b. Mengetahui
klasifikasi sel eukariotik
c. Mengetahui
struktur molekul sel eukariotik
d. Mengetahui
fungsi dan kerugiannya bagi ternak
BAB
II
PEMBAHASAN
A.II Sel Eukariotik
Eukariotik adalah
termasuk golongan memiliki struktur sel lebih maju yaitu sama dengan sel
tumbuhan dan binatang. Eukariotik adalah kelompok organisme yang sel-selnya
mengandung nukleus yang dikelilingi oleh membran nukleus, kromosom terdiri dari
asam deoksiribonukleat yang membentuk kompleks dengan sejumlah protein dan
jumlah protein lebih dari satu. Kelompok mikroorganisme ini mempunyai nukleus
sejati. (volk & wheeler edisi kelima)
Eukariort dapat dibedakan atas beberapa grup
dengan ciri-ciri spesifik:
·
Fungi; bersifat osmotrofik (menyerap
hara), tidak melakukan fotosintesis, reproduksi secara seksual dan aseksual,
dinding sel mengadung sterol dan
kitin, terdiri dari khamir
(uniseluler), kapang (soenositik/membentuk miselia), dan jamur (mushroom).
·
Ganggang; bersifat osmotrofik,
mengandung pigmen fotosintesis dan melakukan fotosintesis , uniseluler sampai
multiseluler.
·
Protozoa bersifat pagotrofik (mengambil hara
dengan cara menelan mengunakan bagian dari sitoplasmanya) kebanyakan tidak
melakukan fotosintesis, uniseluler,
bergerak menggunakan silia, flagella atau pergerakan sitoplasma. (volk &
wheeler edisi kelima)
Dinding sel eukariot pada umumnya lebih tebal
dibandingkan dengan dinding sel prokariot.
Salah satu grup eukariot, yaitu ganggang, dinding selnya terdiri dari
lelulosa, kecuali pada dua grup ganggang yaitu diatom dan krisofita. Satu grup ganggang lainnya yaitu kokolitofora
(coccolithophores) dinding selnya mengandung lapisan tipis selulosa dan
sisik-sisik yang terdiri dari kalsium karbonat.
Dinding sel eukariot yang terdiri dari senyawa-senyawa anorganik seperti
pada diatom dan kokolitifora disebut frustula. (volk & wheeler edisi kelima).
1)
Fungi
Fungi merupakan
organisme eukariotik, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil, mengambil
nutrisi secara absorpsi. Pada umumnya reproduksi dilakukan secara seksual dan
aseksual serta strukturnya terdiri atas filamen yang bercabang – cabang,
dinding selnya terdiri atas khitin, selulosa ataupun keduanya (Alexopoulos et
al., 1996). Fungi dapat hidup sebagai parasit, saprofit maupun bersimbiosis dan
hidup di lingkungan yang lembab dengan suhu antara 20 – 30 oC. (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi.
2009.).
Sebagian
besar fungi merupakan organisme terrestrial dan bersifat parasit pada tanaman
serta beberapa fungi juga bersifat pathogen pada hewan. Namun, ada beberapa
fungi yang bersimbiosis dengan tanaman, termasuk dalam hal memperoleh mineral
dari tanah. Selain itu, fungi juga banyak bermanfaat untuk manusia, dimana
membantu dalam proses fermentasi dan biosintesis antibiotik (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009.).
ü Berdasarkan
struktur dasarnya, fungi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Khamir
(Yeast)
Yeast merupakan sel
tunggal (uniseluler) yang membentuk tunas dan pseudohifa (Webster dan Weber,
2007). Hifanya panjang, dapat bersepta
atau tidak bersepta dan tumbuh di miselium. Yeast memiliki ciri khusus bereproduksi
secara aseksual dengan cara pelepasan sel tunas dari sel induk. Beberapa khamir
dapat bereproduksi secara seksual dengan membentuk aski atau basidia dan
dikelompokkan ke dalam Ascomycota dan Basidiomycota. (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009). Dibawah ini
disajikan gambar 1, tomogram elektron sel yeast.
Gambar 1. Tomogram elektron sel yeast.
Gambar
ini menunjukkan membran plasma, mikrotubulus dan vakoula cahaya (hijau),
nucleus, vakuola dan vesikula gelap (emas), mitokondria gelap dan besar (biru)
dan vesikel muda (merah muda). (Widayati,
S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009). Dibawah ini dojajikan gambar 2, sel
Yeast.
Gambar 2. Gambar 2. Sel Yeast (Madigan
et al., 2012).
b. Kapang
(mold)
Kapang adalah jenis lain dari fungi, sebagian
memiliki tekstur yang tidak jelas dan
biasanya ditemukan pada permukaan makanan yang membusuk atau hangat, dan
tempat-tempat lembab. Sebagian besar kapang berreproduksi secara aseksual, tetapi ada beberapa spesies
yang bereproduksi secara seksual dengan menyatukan dua jenis sel untuk
membentuk zigot dengan produk uniselular sel
(Widayati, S., S. N. Rochmah dan
Zubedi. 2009).
Talusnya terdiri dari
filamen panjang yang bergabung bersama membentuk hifa. Hifa dapat tumbuh banyak
sekali, hifa fungi tunggal di oregon dapat mencapai 3,5 mm. Sebagian besar
kapang, hifanya bersepta dan bersifat uniseluler. Hifanya disebut hifa
bersepta. Pada beberapa kelas fungi, hifanya tidak bersepta dan di sepanjang
selnya terdapat banyak nukleus yang disebut coenocytic hyphae. (Viegas, 2004).
Dibawah ini disajikan gambar 3, Rhizopus sp.
Gambar
3. Rhizopus sp.
c. Cendawan
(Mushroom)
Cendawan merupakan
salah satu kelompok dalam phylum fungi yang biasa disebut dengan mushroom.
Cendawan (mushroom) adalah fungi makroskopis yang memiliki tubuh buah dan
sering digunakan untuk konsumsi. Cendawan sedikit berbeda. Cendawan memiliki
bagian yang disebut dengan tubuh buah. Tubuh buah tersebut terdiri dari
holdfast atau bagian yang menempel pada substrat, lamella, dan pileus (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009).
Menurut Schlegel dan
Schmidt (1994), cendawan merupakan organisme yang berinti, mampu menghasilkan
spora, tidak mempunyai klorofil karena itu jamur mengambil nutrisi secara
absorbsi. Pada umumnya bereproduksi secara seksual dan aseksual, struktur
somatiknya terdiri dari filamen yang bercabang-cabang. Cendawan memiliki
dinding sel yang terdiri atas kitin atau selulosa ataupun keduanya. (Viegas,
2004). Dibawah ini disajikan gambar 4, Struktur Cendawan (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009).
Gambar 4. Struktur Cendawan (Mushroom).
ü Struktur
Sel Fungi
a. Hifa
Fungi secara morfologi
tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung yang dikelilingi oleh
membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak berseptat dan
bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di dalam
sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi coenocytic, sedangkan
fungi yang berseptat disebut monocytic (Widayati,
S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009).
Kumpulan hifa akan
bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang disebut miselium. Hifa dapat
berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang menegak menghasilkan alat
perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada umumnya memiliki pori yang
sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus dapat mengalir
dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat, bertambah
satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak, akan
tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan
ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat yang baru (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009).
Pada ujung batang hifa
mengandung spora aseksual yang disebut konidia. Konidia tersebut berwarna
hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia yang menempel pada
ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke-tanah dengan bantuan angin.
Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur yang disebut tubuh buah dan
mengandung spora. Spora tersebut juga dapat menyebar dengan bantuan angin,
hewan, dan air (Madigan et al., 2012).
Kavanagh
(2011) melaporkan bahwa sebagian besar hifa pada yeast berbentuk lembaran,
seperti pada Cythridomycetes dan Sacharomyces cerreviceae. Hifa mengandung
struktur akar seperti rhizoid yang berguna sebagai sumber daya nutrisi. (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009).
Dibawah ini disajikan gambar 5, Struktur Dasar Hifa.
Gambar 5. Struktur Dasar Hifa.
Hifa dapat dijadikan
sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi ada yang memiliki hifa
berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota merupakan jenis fungi
yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang tersebar di sitoplasma.
Berbeda dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan Basidiomycota berasosiasi
aseksual dengan hifa berseptat yang memiliki satu atau dua nuklei pada
masing-masing segmen (Webster dan Weber, 2007).
Hifa yang tidak
bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang sehingga sitoplasma
dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah ke daerah lainnya
dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Hifa vegetatif (miselia),
bertanggungjawab terhadap jumlah pertumbuhan yang terlihat di permukaan
substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan menyerap nutrisi. Selama
perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi reproduktif atau
hifa fertil yang merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang
bertanggungjawab terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu spora (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009).
Hifa
tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol dan
organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma.
Filamen dari hifa menghasilkan daerah
permukaan yang relatif luas terhadap volume sitoplasma, yang memungkinkan
terjadinya absorpsi nutrien. (Widayati,
S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009).
b. Dinding
Sel
Sebagian besar dinding
sel fungi mengandung khitin, yang merupakan polimer glukosa derivatif dari
N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding sel dalam bentuk ikatan
mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal dinding sel. Beberapa
polisakarida lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun selulosa dapat
menggantikan khitin pada dinding sel fungi. Selain khitin, penyusun dinding sel
fungi juga terdiri dari 80-90% polisakarida, protein, lemak, polifosfat, dan
ion anorganik yang dapat mempererat ikatan antar matriks pada dinding sel (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009).
Dinding sel fungi
berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-organel dari lingkungan
eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat memberikan bentuk, kekuatan
seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain khitin, dinding sel fungi
juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular. Lapisan
tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya
senyawa metabolit sel, dan sebagai
penghalang selektif pada proses translokasi. Komponen lain yang menyusun
dinding sel fungi adalah antigenik glikoprotein dan aglutinan, senyawa melanins
berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen hitam. (Kavanagh, 2011). Dibawah ini
disajikan gambar 6, Struktur dinding sel Fungi,dan tabel perbedaan komponen
dinding sel pada setiap kelas Fungi.
Gambar 6. Struktur dinding sel Fungi,dan tabel
perbedaan komponen dinding sel pada setiap kelas Fungi.
c. Nukleus
Nukleus
atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di dalamnya
terdapat 3 – 40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama pembelahan Nuclear
associated organelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti, berfungsi sebagai
pusat-pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan meiosis. Nucleus
pada fungi juga mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan sentriol. (Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009).
d. Organel-organel
Sel Lainnya
Fungi memiliki
mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista mitokondria. Badan
golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal. Pada struktur sel fungi
juga memiliki ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan lipid, glikogen
partikel penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel. (Viegas, 2004). Dibawah
ini disajikan gambar 7, Struktur sel fungi.
Gambar 7. Struktur sel fungi.
ü Struktur
Sel Kelas-Kelas Fungi
Menurut
Maligan et al. (2012), fungi secara filogenetik dibagi menjadi 5 kelompok,
yaitu chytridiomycetes, zygomycetes, glomeromycetes, ascomycetes, dan
basidiomycetes. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan cara reproduksi. (Viegas,
2004). Dibawah ini disajikan gambar 8, Pohon Filogenetik Fungi (Madigan et al.,
2012).
Gambar
8. Pohon Filogenetik Fungi (Madigan et al., 2012).
a. Chytridiomycota
Sel
berflagela pada minimal satu siklus hidupnya, bisa memiliki satu atau lebih
flagela. Dinding sel mengandung kitin dan β-1,3-1,6-glukan; glikogen sebagai
bentuk cadangan karbohidrat. Reproduksi seksual sering menghasilkan satu zigot
yang sporangium; saprofit atau parasit. (Viegas, 2004). Dibawah ini disajikan
gambar 9, Chytridiomycota.
Gambar 9. Chytridiomycota
b. Zygomycota
Talus
biasanya filamentus dan nonseptat, tanpa silia, reproduksi seksual menghasilkan
zigospora berdinding tebal yang berornamen. (Viegas, 2004). Dibawah ini
disajikan gambar 10, apophysomyces.
Gambar 10. Apophysomyces sp.
c. Ascomycota
Reproduksi
seksual meiosis dengan nukleus diploid dalam askus, berkembang menjadi
askospora, sebagian besar juga mengalami reproduksi aseksual dengan pembentukan
konidiospora dengan hifa aerial khusus disebut konidiopora. Banyak yang
memproduksi aski dengan tubuh buah kompleks disebut askokarp. Termasuk
saprofit, parasit, sebagian mutualisme dengan mikroba fototropik membentuk
liken. Dinding sel terbuat dari kitin. (Viegas, 2004). Dibawah ini disajikan
gambar 11, Struktur sel ascomycotina.
Gambar 11. Struktur sel Ascomycotina.
d. Basidiomycota
Umumnya
termasuk cendawan. Reproduksi seksual meliputi pembentukan basidium dengan
basidiospora haploid. Umumnya 4 spora per basidium tapi kadang 1 – 8.
Reproduksi seksual dengan fusi membentuk miselium dikariotik menghasilkan
sepasang nukleus induk tapi tidak berfungsi. (Viegas, 2004). Dibawah ini
disajikan gambar 12, struktur se basidiomycota.
Gambar 12. Struktur sel Basidiomycota
e. Glomeromycota
Filamentus,
sebagian besar endomikoriza, arbuskular, tidak bersilia, bentuk spora aseksual
di luar inang, tidak bersentriol, konidia dan spora aerial. (Viegas, 2004).
Dibawah ini disajikan gambar 13, glomus claroideum.
Gambar 13. Glomus claroideum.
f. Microsporidia
Microsporidia
adalah parasit obligat intraseluler berukuran kecil yang awalnya dianggap
protozoa eukariot primitif tetapi sekarang diklasifikasikan sebagai fungi.
Tidak memiliki mitokondria, peroksisom, kinetosom, silia dan sentriol; spora
memiliki dinding dalam kitin dan dinding luar protein, produksi tabung untuk
penetrasi inang. Contoh : Enterocytozoon bieneusi dan E. intestinalis. Fungi
ini diketahui bertanggungjawab pada kasus diare pasien penderita AIDS dan
pasien pencangkokan (Widayati, S., S. N.
Rochmah dan Zubedi. 2009).
Jamur
lendir (myxomycota)
seluruh jamur
menghasilkan sel-sel yang hidup bebas pada sebagian siklus hidupnya.sel-sel
yang bebas ini di sebut amoeboid karena memiliki bentuk seperti amoeba. Saat
kondisi makanan jamur lendir kurang, sel-sel yang kelaparan bergabung membentuk
massa yang berlendir. (Verweij et al., 2007).
Jamur Lendir
(Myxomycotina) : Pengertian Ciri-ciri Reproduksi Contoh Struktur Sel - Pada
umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada
sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara
bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir merupakan suatu
massa ameboid yang disebut plasmodium.Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga
diameternya mencapai beberapa sentimeter. (Verweij et al., 2007).
Walaupun berukuran
besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal
sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui
fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah
yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir
mulai mengering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti
tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam
tahapan reproduksi seksual. (Verweij et al., 2007).
Contoh
jamur lendir adalah jenis Dyctyostelum discridium. Daur hidup jamur lendir
selengkapnya dapat kalian pelajari dari Gambar 1 dan 2. (Baca juga : Protista
yang Mirip Jamur). Dibawah ini disajikan gambar 14, Siklus hidup Dyctystelum
discridium.
Gambar
14. Siklus hidup Dyctystelum discridium (Copyright, M.J. Grimson & R.L.
Blanton. Biological Sciences Electron Microscopy Laboratory, Texas Tech
University).Dibawah ini disajikan gambar 15, siklus hidup jamur lendir.
Gambar 15. Siklus hidup jamur lendir
(Myxomicotina)
2)
Ganggang
atau Algae
Secara anatomi sel alga dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:
(1) Membran plasma,
(2) Sitoplasma dan Organel Sel,
(3) Inti Sel (Nukleus),
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 16
(Anonim, 2011; Haas et al., 2009).
Gambar 16. Struktur sel alga.
1. Membran Plasma
Membran plasma terletak
paling luar dan tersusun oleh lipoprotein (gabungan lipid dan protein). Membran
plasma bersifat selektif permeabel, yang berarti hanya dapat dilewati oleh
molekul tertentu saja dan bertanggungjawab dalam transportasi zat dari dalam
sel ke lingkungan (Barsanti and Gualtieri, 2006).
Sel
alga memiliki dinding sel di luar membran sel. Sebagian besar dinding sel alga
tersusun atas selulosa, meskipun terkadang mengandung silika atau kalsium
karbonat. Sebagian alga juga memiliki dinding sel yang mengandung manan, xylan,
asam alginat, agaros, dan lain sebagainya. Dinding sel dapat berbentuk filamen,
seperti pada fungi, atau tersusun atas plat-plat yang disekresikan oleh badan
golgi. Terdapat kelompok tertentu yang tidak memiliki dinding sel padat, tetapi
selnya dilindungi oleh pelikel protein yang fleksibel di- bawah membran plasma.
Materi dinding sel diproduksi dan disekresi oleh badan golgi. (Barsanti and
Gualtieri, 2006).
2. Sitoplasma
dan organel sel
Bagian
cair di dalam sel disebut dengan sitoplasma. Pada sitoplasma terdapat organela
yang mempunyai fungsi tertentu (Graham and Wilcox, 2000).
Organel sel tersebut antara lain :
· Retikulum
Endoplasma (RE)
Retikulum
endoplasma merupakan jalinan saluran, dibatasi oleh membran yang kontinyu
dengan selubung luar nukleus. Fungsi RE
adalah sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri. (Graham and
Wilcox, 2000).
3. Ribosom
(Ergastoplasma)
Ribosom
terdiri dari subunit protein besar dan kecil. Sebagian ribosom melekat sepanjang
RE, sebagian lain bebas di sitoplasma. Fungsi ribosom adalah sebagai tempat
sintesis protein. (Graham and Wilcox, 2000).
· Mitokondria
(The Power House)
Mitokondria
mempunyai dua lapis membran. Membran dalam yang berlekuk-lekuk dan disebut
krista. Fungsi mitokondria merupakan pusat respirasi seluler yang menghasilkan
banyak ATP (energi). Mitokondria pada alga mempunyai 2 tipe, sep0erti yang
ditunjukkan pada gambar 2 : 1) Flat lamellar cristae (pada Rhodophyta,
Crytophyta, Euglenophyta, dan Chlorophyta) dan 2) tubular cristae (pada
Chrysophyta, Raphidophyta, Prymnesiophyta, Eustigmatophyta, dan Xanthophyta. (Graham
and Wilcox, 2000).
Dibawah
ini disajikan gambar 17. Tipe mitokondria yang terdapat pada alga (a) flat
lamelar cristae dan (b) tubular cristae.
Gambar
17. Tipe mitokondria yang terdapat pada alga (a) flat lamelar cristae dan (b)
tubular cristae (sumber: Chapman, 1941)
· Lisosom
Lisosom
adalah penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler.
· Vakuola
Kontraktil
Sebagian
besar alga berflagela mempunyai dua vakuola kontraktil pada bagian anterior
sel, yaitu diastole (saluran masuk) dan sistole (saluran pengeluaran),
fungsinya untuk membuang sisa produk dari sel. (Graham and Wilcox, 2000).
4. Badan
Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)
Organel
ini melaksanakan fungsi produksi dan sekresi polisakarida.
· Sentrosom
(Sentriol)
Sentrosom bertindak sebagai benda kutub
dalam mitosis dan meiosis.
· Plastida
Plastida merupakan
tempat fotosintesis serta jalur biokimia asam amino aromatik, heme,
isophrenoids, dan asam lemak. Plastida
utama pada alga adalah kloroplas. Kloroplas mengandung sistem membran yang
bernama tilakoid, yang sering membentuk tumpukan membran yang disebut grana.
Enzim yang mengendalikan fotosintesis terdapat di membran tilakoid dan stroma.
Plastida dibedakan menjadi tipe primer dan sekunder. Plastida tipe primer hanya
diselubungi oleh dua lapis membran, sedangkan plastida sekunder dikelilingi
empat atau tiga lapis membran. Plastida sekunder secara fisik tidak terletak di
sitoplasma sebagaimana plastida primer, tetapi terletak di lumen sistem
endomembran (Haas et al., 2009).
Selain klorofil,
terdapat pigmen lain dalam plastida. Pigmen ini menyerap panjang gelombang yang
berbeda dari klorofil. Hal ini berguna pada alga yang hidup di perairan lebih
dalam, yang tidak mampu ditembus oleh spektrum cahaya biru. Pigmen-pigmen
tersebut adalah:
a. Fikosianin (pigmen warna biru)
b. Xantofil (pigmen warna kuning)
c. Karoten (pigmen warna keemasan)
d. Fikosantin (pigmen warna cokelat)
e. Fikoeritrin (pigmen warna merah).
· Mikrotubulus
Berbentuk
benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai
“rangka sel”. Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung
pembelahan. Selain itu, mikrotubulus berguna dalam pembentakan sentriol, flagel
dan silia. (Haas et al., 2009).
· Stigma
atau bintik mata
Stigma
merupakan area sitoplasma dengan konsentrasi pigmen tinggi (biasanya karoten).
Stigma terdapat di dekat pangkal flagela. Stimulasi stigma oleh cahaya akan
menstimulasi flagela pula, sehingga terjadi gerakan mendekati sumber cahaya. (Haas
et al., 2009).
5.
Inti Sel (Nukleus)
Nukleus
mengandung bahan genetik sel dan dikelilingi oleh membran ganda. Nukleus
terdiri dari selaput inti (karioteka), nukleolus, kromosom, dan bahan pendukung
atau karyolimph (Graham and Wilcox, 2000).
Alga
uniseluler dan sel reproduksi alga multiseluler memiliki flagela. Flagela
terdapat di bagian apikal, lateral, ataupun posterior sel. Flagela dapat berupa
satu berkas cambuk, ataupun memiliki struktur ‘berambut’ atau ‘sisik’.
Pergerakan dapat ke samping atau spiral. (Haas et al., 2009).
Dibawah
Ini disajikan Gambar 18, Tipe flagela pada algae (a) fibrous solid hair, (b)
tubular hair.
Gambar
18. Tipe flagela pada algae (a) fibrous solid hair, (b) tubular hair. (Chapman,
1941)
Terdapat
dua tipe flagela, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5, yaitu fibrous solid
hair dan tubular hair. Fibrous solid hair mengelilingi flagela, meningkatkan
luas permukaan, dan efisiensi dari tenaga penggerak. Tersusun atas glikoprotein
dan terdapat pada Euglenophyta dan Dinoflagellata. Tubularhair tersusun atas
protein dan glikoprotein, terdapat pada: Chrysophyta, Phaeophyta, dan
Chlorophyta (Chapman, 1941).
3)
Protozoa
Protozoa
merupakan jenis protista yang menyerupai
hewan. Protozoa berasal dari bahasa
Yunani, yaitu proto yang berarti pertama dan zoa yang berarti hewan. Sifat umum protozoa adalah uniselluler,
heterotrofik, dan merupakan cikal bakal hewan yang lebih kompleks. (Chapman,
1941).
a. Ukuran
dan bentuk tubuh
Protozoa
berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 – 200 µ. Bentuk selnya sangat bervariasi, ada yang
tetap dan ada yang berubah-ubah.
Sebagian besar protozoa memiliki alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu getar (silia), atau bulu cambuk
(flagellum). Beberapa protozoa memiliki
cangkang. (Chapman, 1941).
b. Struktur
dan Fungsi Tubuh
Sel
protozoa umumnya terdiri dari membrane sel, sitoplasma, vakuola makanan,
vakuola kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel.
- Membran Sel
Fungsi
: sebagai pelindung serta pengatur pertukaran makanan dan gas.
- Vakuola Makanan
- Fungi
Fungsi
: mencerna makanan. Vakuola makanan terbentuk dari proses makan sel atau sel
dengan cara ‘menelan’ oleh setiap bagian membrane sel atau melalui sitostoma
(mulut sel). Zat-zat makanan hasil
cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari
vakuola ke luar sel melalui membrane plasma. (Chapman, 1941).
- Vakuola Kontraktil
Fungsi : mengeluarkan
sisa makanan berbentuk cair ke luar sel melalui membrane sel serta mengatur
kadar air dalam sel. Vakuola kontraktil merupakan vakuola yang selalu
mengembang dan mengempis. (Chapman, 1941).
- Inti Sel
Fungsi
: mengatur aktivitas sel.
c. Ciri
– ciri umum protozoa
Ukuran protozoa bervariasi, yaitu mulai
kurang dari 10 mikron(µm) dan ada yang mencapai 6 mm,meskipun jarang.
ü Struktur
tubuh
Organel
– organel untuk melakukan kegiatan hidup antara lain, membrane plasma,
sitoplasma dan mitokondria. Beberapa jenis protozoa memiliki inti lebih dari
satu. (Chapman, 1941).
ü Alat
gerak
Alat
gerak berupa bulu cambuk (flagella), bulu getar (silia) dan kaki semu
(pseudopodia).
ü Reproduksi
Reproduksi
aseksual (Vegetatif ) pada kebanyakan protozoa adalah dengan membelah diri.
Namun adapula jenis protozoa yang bereproduksi secara konjugasi yaitu perpaduan
antara dua individu yang belum dapat dibedakan jenis kelaminnya. (Chapman,
1941).
d. Protozoa
dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan alat gerak
1. Rhizopoda
·
Amuba
ü Struktur
tubuh amuba
sel
dilindungi oleh membrane sel. Didalam selnya terdapat organel – organel,
diantaranya inti sel, vakuola kontraktil, dan vakuola makanan. (Chapman, 1941).
a. Membrane
sel atau membrane plasma
Membrane
sel disebut juga plasmalema dan berfungsi melindungi protoplasma. Ektoplasma
merupakan lapisan luar sitoplasma yang letaknya berdekatan dengan membrane
plasma dan umumnya ektoplasma merupakan bagian dalam plasma, umumnya bergranula.
(Chapman, 1941).
b. Inti
sel (nucleus)
Berfungsi mengatur seluruh kegiatan yang
berlangsung didalam sel.
c.
Rongga
berdenyut (Vakuola Kontraktil)
Berfungsi
sebagai organ ekskresi sisa makanan. Vakuola kntraktil juga menjaga agar
tekanan osmosis sel selalu lebih tinggi dari tekanan osmosis disekitarnya. (Chapman,
1941).
d. Rongga
makanan (vakuola makanan )
Berfungsi
sebagai alat pencernaan. Makanan yang tidak dicernakan akan dikleuarkan melalui
rongga berdenyut.
2.
Flagellata atau Mestigospora
Alat geraknya berupa
bulu cambuk atau flagella. Sebagian besar hidup bebas dan adapula yang sebagai
parasit pada manusia dan hewan , atau saprofit pada organism mati. Flagellata
dibedakan menjadi dua yaitu
ü
Fitoflagellata
Adalah
flagellate yang dapat melakukan fotosintesis karena memiliki kromotafora.
Fitoflagellata mencernakan makananya dengan berbagai cara, menelan lalu
mencernakan didalam tubuhnya (holozoik), membuat sendiri makanannya
(holofitrik), atau mencernakan oirganisme yang sudah mati(saprofitik). Habitat
fitoflagellata adalah diperairan bersih dan diperairan kotor. Fitoflagellata
bergerak menggunakan flagella.
ü
Zooflgellata
Adalah
flagellate yang tidak berkloroplas dan menyerupai hewan. Ada yang hidup bebas
namun kebanyakan bersifat parasit. (Chapman, 1941).
3.
Ciliata
Alat
geraknya berupa rambut getar (silia), sebagian besar ciliate berukuran
mikroskopis, tetapi spesies yang terbesar berukuran 3 mm sehingga dapat dilihat
dengan mata telanjang.
ü
Struktur Tubuh
1.
Kebanyakan ciliata berbentuk simetris
kecuali ciliate primitive, simetrinya radial.
2.
Tubuhnya diperkuat oleh perikel, yaitu
lapisan luar yang disusun oleh sitoplasma padat.
3.
Tubuhnya diselimuti oleh silia, yang
menyelubungi seluruh tubuh utama disebut silia somatic.
4.
Ciliate mempunyai dua tipe inti sel
(nucleus), yaitu makro nucleus dan mikro nucleus.
5. Ciliate
tidak mempunyai struktur khusus pertukaran udara dan sekresi. (Chapman, 1941).
ü Terdapat
dua macam mulut pada cilliata, yaitu berupa:
a. Mulut membrane berombak / membrane yang bergerak;
merupakan cilliata uyang menyatu dalam barisan panjang.
b. Membrane yang berupa barisan pendek
dari cilia yang bersatu membentuk piringan.
Fungsi
cilliata pada mulut adalah untuk menghasilkan makanan dan mendorong partikel
makanan menuju sitofaring. Contoh anggota cilliata yanhg terkenal misalnya
paramecium. (Chapman, 1941).
4. Sporozoa
Hewan ini tidak
memiliki alat gerak. Merupakan golongan protista yang menyerupai jamur, karena
sporotozoa dapat membentuk spora yang dapat menginfeksi inangnya dan tidak
memiliki alat khusus, sehingga geraknya mengubah – ubah kedudukan tubuh,
sporozoa hidup sebagai parasit. Respirasi dan eksresi terjadi secara difusi.
ü Struktur
tubuh
a. Tubuhnya berbentuk bulat panjang,
b. Ukuran tubuhnya hanya beberapa micron, tetapi
didalam usus manusia atau hewan yang dapat mencapai 10 mm. (Chapman, 1941).
c. Tubuh dari kumpulan tropozoid
berbentuk memanjang dan dibagian anterior kadang – kadang terdapat kait
pengikat atau filament sederhana untuk melekatkan diri pada inang. (Chapman,
1941).
B.II Hubungan atau Peranan Sel Eukariotik Dalam
Peternakan
1. Peranan
Protozoa Dalam Kehidupan
Protozoa
berperan penting dalam mengontrol jumlah bakteri di alam karena Protozoa adalah pemangsa
bakteri. Di perairan, protozoa juga
merupakan zooplankton dan bentos.
Zooplankton dan bentos adalah sumber makanan hewan air termasuk udang,
kepiting, dan ikan yang secara ekonomi bermanfaat bagi manusia. (Chapman,
1941).
a. Protozoa
lain menguntungkan antara lain sebagai berikut :
- Foraminifera,
cangkang atau kerangkanya merupakan petunjuk dalam pencarian sumber daya
minyak, gas alam, dan mineral.
- Radiolaria,
kerangkanya jika mengendap di dasar laut menjadi tanah radiolarian yang dapat
digunakan sebagai bahan penggosok.
b. Protozoa
yang merugikan manusia, yaitu menyebabkan penyakit antara lain :
-
Entamoeba histolyca, penyebab disentri.
-
Trypanosoma brucei, penyebab penyakit
tidur di Africa
-
Trypanosoma evansi, penyebab penyakit
pada hewan ternak, misalnya pada sapi, kambing, dan kuda
-
Leishmania, penyebab penyakit kala azar
-
Trichomonas vaginalis, parasit pada alat
kelamin.
-
Balantidium coli, penyebab diare.
-
Toxopalsma gondii, penyebab
toksopalsmosis
-
Plasmodium, Penyebab penyakit malaria.
Entamoeba coli hidup
dalam usus besar dan membantu proses pembusukan sisa-sisa makanan dan
mensintesis vitamin K. Ganggang merupakan anggota Protista yang memberikan
kontribusi, baik dalam penyediaan energi jaring-jaring makanan maupun dalam
bidang industri. Pada ekosistem perairan, ganggang bertindak sebagai
fitoplankton yang dapat menghasilkan energi bagi organisme heterotrof karena
kemampuannya untuk melakukan fotosintesis. Sedangkan dalam bidang industri,
ganggang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam industri es krim, agar-agar,
kosmetik, bahan pembuatan dinamit, dan sebagai bahan penggosok. (Baca juga :
Peranan Protista).
Dinding
sel ganggang coklat (Phaeophyta) mengandung asam alginat yang dapat
dimanfaatkan sebagai pengemulsi dalam industri es krim, sebagai obat-obatan,
dan cat. Laminaria lavaniea mengandung kalsium, dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk pertanian dan makanan ternak. Sedangkan Laminaria digitalis dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil yodium, untuk obat penyakit gondok. (Chapman,
1941).
2. Peranan
Gangang atau Algae dalam kehidupan
a. Algae
menguntungkan
- Ganggang
merah (Rhodophyta) dapat dimanfaatkan sebagai sebagai pemadat media pertumbuhan
bakteri. Contoh spesies yang sering dimanfaatkan antara lain Gracilaria sp.,
Gellidium sp., dan Eucheuma spinosum.
- Tanah
diatom merupakan deposit silika dari cangkang ganggang keemasan (Chrysophyta).
Bahan ini dapat digunakan sebagai agen penyaring untuk menjernihkan cairan,
sebagai ampelas, dan penggosok perak. Tanah diatom juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan isolasi, bahan pembuat dinamit, bahan pembuat saringan, dan bahan
pasta gigi.
- Chlorella
Sebagai Sumber Makanan. Alternatif Bergizi Tinggi Ganggang hijau Chlorella,
terutama dari jenis Chlorella vulgaris mengandung klorofil yang dapat mencapai
2-3% dari beratnya. Chlorella juga mengandung protein dengan kadar 55-60%,
Vitamin C, Vitamin E, Kalsium, Kalium dan Magnesium. Kandungan klorofil dan
nutrien pada Chlorella inilah yang bermanfaat bagi kesehatan bila dikonsumsi. (Chapman,
1941).
b. Algae
merugikan
Beberapa anggota
Protozoa yang bersifat parasit sering menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan. Entamoeba ginggivalis menyebabkan kerusakan gigi dan gusi (penyakit
ginggivitis), sedangkan Entamoeba hystolitica menyebabkan desentri. Beberapa
jenis Trypanosoma juga menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Organisme
tersebut antara lain Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense,
menyebabkan penyakit tidur pada manusia di benua Afrika. Hospes perantara
Trypanosoma gambiense adalah lalat Tse tse jenis Glosina palpalis, sedangkan
hospes perantara Trypanosoma rhodesiense adalah lalat Tse tse jenis Glosina
morsitans. Trypanosoma evansi menyebabkan penyakit surra (malas) pada hewan
ternak. (Baca juga : Manfaat Protista)
Trypanosoma cruzi,
menyebabkan penyakit chagas (anemia) pada anak-anak. Trypanosoma brucei,
menyebabkan penyakit nagana pada hewan ternak. Leismenia donovani, menyebabkan
penyakit kala azar (leishmaniasis) pada manusia. Penyakit ini ditandai dengan
gejala hati dan limpa membengkak, serta demam yang berkepanjangan. Hospes
perantaranya adalah nyamuk Pholobotomus. Anggota Sporozoa yang sering
menyebabkan penyakit adalah Plasmodium dan Toxoplasma. Plasmodium menyebabkan
penyakit malaria, sedangkan Toxoplasma dapat menyebabkan penyakit toxoplasmosis
yang menyerang manusia, kucing, babi, dan kambing. (Chapman, 1941).
Toxoplasmosis
dapat menyebabkan radang pada hati, paru-paru, otot, saraf pusat, dan
keguguran. Toxoplasma masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman
yang tercemar kista Toxoplasma dan tidak dimasak secara sempurna dan dapat
hidup bertahun-tahun dalam tubuh manusia.Protista menyerupai jamur yang sering
menimbulkan masalah antara lain Saprolegnia yang bersifat parasit pada sisik
dan insang ikan yang terluka dan Phytoptora infestans yang menyebabkan penyakit
late blight pada kentang. (Chapman, 1941).
BAB III
PENUTUP
A.III Kesimpulan
Alga memiliki keragaman
struktur selulernya, terutama pada dinding sel, mitokondria, flagela, dan
plastidanya. Karakteristik yang digunakan untuk mengelompokkan alga antara lain
keberadaan pigmen klorofil, cadangan karbon dan komponen dinding sel.
Fungi merupakan
mikroorganisme eukariota yang sebagian besar bersifat multiseluler. Fungi atau
cendawan terdiri dari kapang dan khamir. Secara umum Fungi hidup dengan 3 cara
yaitu sebagi saprofit, parasitik dan diomorfis. Fungi adalah heterotrof yang
mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorpsi).
Fungi menempati
lingkungan yang sangat beragam yang berasosiasi secara simbiotik dengan banyak
organisme baik di darat maupun di air. Sebagian besar fungi adalah organisem
multiseluler dengan hifa yang dibagi menjadi sel-sel oleh dinding yang
bersilangan atau septa. Dinding sel pada fungi dilindungi olehSelulosa dan
Kitin (polisakarida yang mengandung unsur N). Fungi dapat berkembang biak
dengan dua cara yaitu cara seksual dan aseksual.
Fungi
secara filogenetik dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu chytridiomycetes,
zygomycetes, glomeromycetes, ascomycetes, dan basidiomycetes.
B.III Saran
Semoga makalah ini dapat menjadikan
tambahan ilmu bagi pembaca pada umumnya penulis pada khususnya. Namun, penyusun
juga membutuhkan kritik yang membangun untuk menjadikan tambahan bagi
penyusunnya.
Daftar
Pustaka
-Martin,
E.A., ed (1983). Macmillan Dictionary
of Life Sciences (2nd ed.).
-Nelson,
David L.; Cox, Michael M. (2005). Lehninger
Principles of Biochemistry (4th ed.). New York: W.H. Freeman. ISBN 0716743396.
-Oungson,
Robert M. (2006). Collins Dictionary
of Human Biology. Glasgow: HarperCollins. ISBN 0-00-722134-7.
-Volk
& wheeler.,1988. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima,, jilid 1..Erlangga, jl.
Kramat IV No.11, Jakarta 10420.
-Widayati,
S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta, p. 290.